hiv

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

Hilangnya sel CD4 akan melemahkan fungsi sistem imun hingga sangat drastis. Akibatnya, terinfeksi HIV akan membuat tubuh rentan mengalami berbagai penyakit infeksi dari bakteri, virus, jamur, parasit, dan patogen merugikan lainnya. Tubuh tidak bisa menyingkirkan keberadaan HIV sepenuhnya. Jadi, jika Anda terinfeksi Human Immunodeficiency Virus, Anda akan memilikinya seumur hidup. Klinik raphael akan membantu kamu dalam memperlajari HIV – Gejala Pengobatan dan Pecegahannya

Penyebab HIV dan AIDS

Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.

Gejala awal HIV umumnya mirip dengan infeksi virus lainnya, yaitu:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Nyeri otot
  • Kehilangan berat badan secara perlahan
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha

Pengobatan HIV dan AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.

Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

Pencegahan HIV dan AIDS

Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV, antara lain:

  • Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik hubungan intim vaginal maupun anal.
  • Tidak berganti-ganti pasangan.
  • Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.
  • Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
  • Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
  • Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV (human immunodeficiency virus), seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Agar bisa mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.